Sabtu, 13 Juni 2015

Alhamdulillah

Sampai hari ini Allah memberiku kebahagiaan yang bertubi-tubi, Alhamdulillah.
Dari dapet lokasi kkn yang mungkin imposible karena semua cowok dari jurusanku berbeda lokasi denganku. Setelah observasi pun aku juga sangat merasa bahagia karena sambutan warga yang berlebihan. Ah, semoga  betah disana dari penerjunan sampai selesai. Dan masih banyak bahagia yang tak dapat aku tulis semua disini.
Hari ini aku juga bahagia melihatmu bahagia atas wisuda mu, atas bahagia yang kau dapatkan juga dari orang yang disampingmu sekarang.
Kalau fikiranmu sepertiku, maaf kalau 2 tahun ini aku belum bisa melupakanmu, bukan karena aku mengharapmu kembali kepadaku. Tapi belum ada wanita yang berhasil menjatuhkan hatiku. Jangan merasa sedih karena itu, karena aku bisa bahagia tanpa kekasih untuk saat ini.
Ah, mungkin aku salah juga, karena aku berfikir kamu akan bahagia sepertiku ketika aku juga bahagia. Bahkan mungkin kamu tak peduli sama sekali denganku.
Saat ini aku sedang menikmati kebebasanku, bebas bukan berarti bebas tanpa aturan dan tanpa kewajiban ku saat ini, aku menikmati bebas dengan aturan dan kewajibanku menyelesaikan bangku kuliahku yang sedikit terlambat. Menikmati apa yang sudah ditakdirkan Tuhan untukku. Menapaki satu-satu yang di rasa nyaman, masih mencari sesuatu yang pada akhirnya aku akan berhenti mengejarnya.

Selamat

Hai. Selamat ya atas keberhasilanmu hari ini.
Selamat wisuda kamu.
Sendari pagi recent updateku penuh dengan namamu, penuh dengan fotomu, meski kau tak pernah ada dalam kontakku.
Oh iya, masalah foto disampingmu itu. Banyak orang yang menanyakan padaku. "kamu sedih engga lihat foto itu ?"
Aku hanya bilang sama mereka, " hei, kenapa aku harus sedih, hari ini dia bahagia, aku sudah memastikan itu, tidak ada alasan untukku bersedih ".
Aku akan merasa sakit ketika keputusanmu meninggalkanku tidak menemukan kebahagiaan dari orang lain yang kamu anggap bisa membahagiakanmu.
Begitu pula sebaliknya, aku akan merasa sedih ketika kau tak merasa bahagia.
Banyak teman-temanmu bilang padaku, kenapa aku enggak datang di acara perayaanmnu itu. Ah tentu saja, kehadiranku akan menjadi pengganggu perayaanmu pastinya.
2 tahun tak berjumpa, sekarang mukamu mirip mama mu ya. Terlihat jelas garis wajahmu sama seperti mama mu.
Aku hampir tak mengenalmu karena wajahmu sangat berbeda sekali, beruntung kamu mirip mama mu, jadi aku masih mengenalimu.
Aku akan terus mendoakanmu. Bagaimanapun kamu pernah menjadi bagian hidupku selama itu, sudah terlalu jauh hubungan kita kala itu.
Selamat ya, hope you get a great success someday.

Jumat, 01 Mei 2015

Hello

Hai kamu, apa kabar?? Enak ya abis ninggalin aku gitu aja? Masihkah suka stalking sama timeline aku ? Kalau iya, tak usah malu karena itu.

Saat ini aku sedang membaca bukunya Pramoedya Ananta Toer, dan saat ini juga aku ingat pesan kakek, kalau kita berani mencintai seseorang, kita juga harus berani kehilangan.

Tak terasa ya sudah hampir 2 tahun kita tak saling jumpa. Masihkah kamu menjaga rindu yang menghiasi sudut matamu seperti beberapa tahun lalu ?

Aku tak tau apakah kamu rindu aku, tapi aku yakin kamu bahagia bersamanya, biar waktu saja yang menjawab, seperti perkataanmu padaku malam itu.

Lebih enak mana, pas masih sama aku atau setelah meninggalkan aku? Pasti udah ga ada lagi yang akan cerewet melarangmu bermain sampai larut malam, serta harus bekerja dengan rok sependek itu. Mungkin kamu sudah cukup nyaman dengan hidupmu yang tak lagi aku atur itu. Tapi aku tahu persis, kamu melampiaskan kekesalanmu karena aku dengan terus menerus membohongiku. Aku cukup mengenal kamu.

Oh iya, aku punya dua kabar, kabar baik dan kabar buruk. Kamu mau dengar yang mana dulu? Kabar baik? Baiklah. Begini, sejak kamu pergi jemariku jadi lebih terampil merangkai kata, mungkin untukmu, aku tau kamu pasti tak pernah membaca ini, tapi aku tau suatu saat kamu pasti baca mungkin dengan cara aku paksa. Kabar buruknya, ternyata aku cukup lelah menanti kamu, apalagi menulis semua tentangmu, mungkin lebih baik aku lupakan semua tulisan untukmu ini ya. Lagi pula aku terlalu lelah karena kamu pasti tak pernah membaca ini.

Untuk saat ini, kabarmu tak mampu kuraih, bukannya aku letih, aku hanya malas berurusan dengan cinta. 

Apa kabar hatimu? Apa masih tempat terdingin yang pernah aku singgahi? Kabari aku kalau hatimu telah kosong hingga aku bebas menjadi penguasanya di sana.

Ramuan apa yang harus aku minum agar kamu tak terlalu lama di kepalaku?

Senin, 02 Maret 2015

PAGI YANG SIGKAT

Pagi tak bisa melawan waktu, mendebatnya kenapa datangnya singkat.
Pagi tak pernah lupa janjinya untuk datang lagi dikemudian hari, waktu juga tak menuntut lebih, tak kurang.
Pagi tak pernah lupa pada jingganya setelah ungu yang tak dimiliki senja.
Pagi akan menunggu.
Sampai habis waktunya menunggu senja.
Mengajak berbagi jingga tapi tak pernah bisa.
Tak pernah.
Kembali ia tak menjumpa senja.
Dan pada hari setelahnya, setelah pertemuan yang tak pernah tiba, ia datang lagi menunggu lagi. .
Berulang lagi lalu lagi sambil tetap bertanya pada waktu kenapa dengan senja ia tak pernah bertemu.
Dengan jawaban yang sama setiap hari, kata waktu, "tunggu".

Minggu, 08 Februari 2015

Maaf

Lantas, selain kata RINDU, apalagi yang bisa aku tulis untuk saat ini.

Seperti hujan yang selalu datang tiba-tiba, diam-diam, dan selalu awet, rindu juga sedemikian datangnya.

Sampai detik ini, aku setengah sadar, masihkah aku memilikimu atau tidak ?

Aku selalu ingat kebodohan yang kuperbuat selama bersamamu.

Betapa bodohnya diriku memperlakukanmu seperti itu.

Aku juga selalu ingat, setiap kamu ingin tidur, setiap aku tiba-tiba menghilang, setiap aku tidak bisa membalas bbm atau sms mu, kamu selalu bilang

" aku sangat mencintaimu "

dan setiap kamu mengatakan itu, aku semakin menjauhimu.

Mengeluarkan ego ku yang ingin menang sendiri.

Tapi, apa kamu tau ? saat aku menghubungimu di tengah malam, mengajakmu menikah bersamamu, melambungkan imajinasiku bersamamu sampai dunia ini berakhir. kau kira itu hanya bercanda ?

Aku sadar, cukup banyak kesalahanku padamu, hingga kamu pergi.

Tuhan hanya sedang mengujiku, menyadarkanku akan apa yang seharusnya kulakukan untuk mengerti apa yang kamu mau.

Tuhan hanya sedang mengajariku bagaimana harus memperlakukan seseorang yang istimewa sepertimu.

Selain kata maaf yang bisa kuucapkan, aku juga berterima kasih sekali kepadamu untuk sebuah evolusi besar ini.

Ternyata menyadari kesalahannya sendiri itu sulit, tanpa akibat fatal, kita tak akan pernah menyadarinya.

Baik-baik disana, aku selalu mendoakan mu :)