Jumat, 01 Mei 2015

Hello

Hai kamu, apa kabar?? Enak ya abis ninggalin aku gitu aja? Masihkah suka stalking sama timeline aku ? Kalau iya, tak usah malu karena itu.

Saat ini aku sedang membaca bukunya Pramoedya Ananta Toer, dan saat ini juga aku ingat pesan kakek, kalau kita berani mencintai seseorang, kita juga harus berani kehilangan.

Tak terasa ya sudah hampir 2 tahun kita tak saling jumpa. Masihkah kamu menjaga rindu yang menghiasi sudut matamu seperti beberapa tahun lalu ?

Aku tak tau apakah kamu rindu aku, tapi aku yakin kamu bahagia bersamanya, biar waktu saja yang menjawab, seperti perkataanmu padaku malam itu.

Lebih enak mana, pas masih sama aku atau setelah meninggalkan aku? Pasti udah ga ada lagi yang akan cerewet melarangmu bermain sampai larut malam, serta harus bekerja dengan rok sependek itu. Mungkin kamu sudah cukup nyaman dengan hidupmu yang tak lagi aku atur itu. Tapi aku tahu persis, kamu melampiaskan kekesalanmu karena aku dengan terus menerus membohongiku. Aku cukup mengenal kamu.

Oh iya, aku punya dua kabar, kabar baik dan kabar buruk. Kamu mau dengar yang mana dulu? Kabar baik? Baiklah. Begini, sejak kamu pergi jemariku jadi lebih terampil merangkai kata, mungkin untukmu, aku tau kamu pasti tak pernah membaca ini, tapi aku tau suatu saat kamu pasti baca mungkin dengan cara aku paksa. Kabar buruknya, ternyata aku cukup lelah menanti kamu, apalagi menulis semua tentangmu, mungkin lebih baik aku lupakan semua tulisan untukmu ini ya. Lagi pula aku terlalu lelah karena kamu pasti tak pernah membaca ini.

Untuk saat ini, kabarmu tak mampu kuraih, bukannya aku letih, aku hanya malas berurusan dengan cinta. 

Apa kabar hatimu? Apa masih tempat terdingin yang pernah aku singgahi? Kabari aku kalau hatimu telah kosong hingga aku bebas menjadi penguasanya di sana.

Ramuan apa yang harus aku minum agar kamu tak terlalu lama di kepalaku?